Menulis Puisi | Bahasa Indonesia Kelas X
Puisi bukan hanya rangkaian kata yang berirama; ia adalah jendela ke dalam perasaan manusia, tempat di mana kita dapat merangkul seni kata-kata untuk mengungkapkan segala nuansa dalam hidup kita. Puisi memberikan kita kebebasan untuk menggali kreativitas dalam dunia kata-kata, menggabungkan suara, citra, dan imajinasi untuk menciptakan karya seni yang unik.
Selain itu, puisi juga memperluas pemahaman kita terhadap bahasa dan makna, karena ia sering kali penuh dengan simbol dan interpretasi yang mendalam. Dengan memahami puisi, kita dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan keterampilan literasi kita. Belajar puisi juga mengajarkan kita untuk menghargai seni dan budaya kita, karena puisi adalah salah satu bentuk seni yang tak ternilai harganya dan merupakan bagian penting dari warisan budaya manusia.
Pengertian Puisi
Puisi merupakan satu bentuk karya sastra yang berisi ungkapan hati, pikiran, dan perasaan penyair yang dituangkan dengan memanfaatkan segala daya bahasa, kreativitas dan imajinasi pengarang dengan rangkaian bahasa yang indah serta mengandung irama juga makna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra yang bahasa terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Jadi, dapat disimpulkan puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang dituangkan dengan menggunakan bahasa yang indah serta mengandung makna mendalam.
Ciri-Ciri Puisi
- Bahasa yang digunakan dalam puisi lebih padat dibandingkan prosa dan drama.
- Puisi memiliki rima atau sajak yang teratur.
- Puisi lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun, khususnya pada puisi lama.
- Puisi bersifat simetris.
- Puisi memiliki makna konotatif.
- Puisi terdiri dari kesatuan sintaksis (gatra).
Unsur-Unsur Puisi
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi merupakan unsur dari puisi yang dapat dilihat dan diamati secara langsung dengan mata. Struktur fisik puisi terdiri dari:
Tipografi atau bentuk format puisi
Dalam tipografi ini kamu dapat melihat pengaturan baris, batas tepi kertas kanan, kiri, atas, dan bawah, serta pemilihan jenis huruf yang digunakan oleh penyairnya. Tipografi ini berpengaruh terhadap pemaknaan dari isi puisi.
[rml_read_more]
Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya, yang dimaksudkan untuk mendapatkan efek sesuai dengan keinginan penyair tersebut. Diksi ini sangat berpengaruh dengan makna yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya.
Imaji atau Citraan
Imaji atau citraan merupakan kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi pembaca saat membaca puisi, sehingga pembaca dapat seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami hal-hal yang terdapat dalam sebuah puisi. Imaji dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu imaji penglihatan (visual), imaji pendengaran atau suara (auditif), dan imaji sentuh atau perabaan (taktil).
Majas
Majas merupakan pemakaian bahasa dengan melukiskan sesuatu dengan konotasi khusus sehingga arti sebuah kata dapat memiliki banyak makna.
Kata Konkret
Kata konkret merupakan kata yang mengacu atau merujuk kepada suatu benda atau hal yang berwujud, dapat diraba, dilihat, didengar, dan dicium. Kata konkret dalam puisi biasanya merangsang imaji pembaca dan berkaitan dengan lambang atau kiasan. Contoh kata konkret adalah laut, sawah, pantai, meja, uang, rumah, mobil, dan lain sebagainya.
Rima atau Irama
Rima atau irama merupakan persamaan bunyi yang digunakan oleh penyair dalam puisinya dari awal hingga akhir puisi. Rima atau irama terdiri dari:
Pengulangan kata
Atau ungkapan yang menentukan tinggi dan rendah, panjang dan pendek, keras dan lemahnya bunyi yang sangat berpengaruh dan menonjol dalam pembacaan puisi.
Onomatope atau tiruan bunyi
Contoh dari onomatope ini adalah dor! yang merupakan tiruan bunyi suara tembakan. Bentuk intern pola bunyi seperti asonansi, aliterasi, persamaan awal, persamaan akhir, sajak berparuh, sajak penuh, sajak berselang, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
Struktur Batin Puisi
Tema atau Makna (Sense)
Tema atau makna merupakan salah satu unsur puisi yang tersirat, berupa makna yang ingin disampaikan oleh penyair kepada para pembaca. Tema atau makna dalam puisi berkaitan dengan hubungan tanda dengan makna. Oleh karena itu baik kata, baris, bait, maupun bentuk sebuah puisi memiliki makna tertentu yang ingin disampaikan oleh penyairnya.
Nada (Tone)
Nada merupakan sikap penyair kepada para pembacanya, yang berkaitan dengan tema dan rasa. Dalam sebuah puisi, penyair dapat menyampaikan makna yang ingin disampaikan dengan nada menggurui, mendikte, merendahkan, memuji, atau lain sebagainya.
Rasa (Feeling)
Rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan dalam puisinya. Rasa biasanya dipengaruhi latar belakang sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, kelas sosial, agama, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengetahuan, serta pengalaman sosiologis dan psikologis seorang penyair akan mempengaruhi rasa dalam puisi yang ia tulis.
Amanat atau Tujuan (Intention)
Amanat atau tujuan merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dalam puisinya kepada para pembaca.
Jenis-Jenis Puisi
Puisi Lama
Puisi lama merupakan puisi yang dibuat sebelum abad ke-20 dan terikat pada beberapa aturan. Puisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Bersifat anonim karena merupakan puisi rakyat,
- Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut, dan
- Terikat aturan-aturan yang mengatur jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata, maupun rima.
Lebih jelasnya, aturan yang mengikat puisi lama adalah sebagai berikut:
- Jumlah kata dalam satu baris,
- Jumlah baris dalam satu bait,
- Jumlah suku kata dalam tiap baris.
- Persajakan atau rima, dan
- Irama.
Beberapa jenis puisi lama tersebut adalah sebagai berikut:
Mantra
Mantra merupakan ucapan kata-kata yang dipercaya dapat mendatangkan kekuatan magis, yang biasanya diucapkan pada acara tertentu. Misalnya adalah mantra yang diucapkan untuk menolak ataupun untuk mendatangkan hujan.
Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat larik dengan rima berakhiran ab-ab. Pantun juga biasa disebut sebagai bahasa sindiran. Pantun dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu pantun anak, pantun teka-teki, pantun orang tua, pantun remaja, dan pantun teka-teki.
Seloka
Seloka merupakan pantun berkait yang berasal dari Melayu Klasik. Seloka biasanya berisi mengenai pepatah.
Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang terdiri dari dua bait yang tiap baitnya terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama. Gurindam ini biasanya mengandung amanat atau nasihat.
Karmina
Karmina merupakan puisi lama yang berbentuk seperti prosa dan lebih pendek dari pantun. Karmina sering disebut juga sebagai pantun kilat karena bentuknya yang sangat pendek.
Talibun
Talibun merupakan puisi lama berupa pantun yang memiliki lebih dari empat baris dengan rima abc-abc.
Syair
Syair merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris berakhiran serupa. Syair umumnya mengisahkan sebuah cerita yang di dalamnya terkandung amanat dari penyairnya.
Puisi Baru
Puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat pada aturan-aturan puisi lama, baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima. Puisi baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Nama penyairnya jelas atau diketahui,
- Memiliki bentuk rapi dan simetris,
- Memiliki gaya bahasa yang dinamis,
- Memiliki persajakan akhir yang teratur,
- Sebagian besar puisi baru memiliki empat seuntai,
- Setiap barisnya terdiri dari sebuah gatra atau kesatuan sintaksis,
- Setiap gatra terdiri dari empat sampai lima suku kata, dan
- Banyak menggunakan pola pantun dan syair, sekalipun ada juga yang menggunakan pola puisi lama lainnya.
Puisi baru terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Himne
Himne merupakan sejenis nyanyian pujian yang ditujukan untuk Tuhan atau dewa, ataupun segala sesuatu yang dianggap suci atau sakral.
Balada
Balada merupakan puisi sederhana yang berkisah mengenai cerita rakyat yang mengharukan. Balada biasanya berbentuk dialog atau disajikan dalam bentuk nyanyian.
Ode
Ode merupakan puisi larik mengenai sanjungan terhadap orang yang berjasa. Ode dibaca dalam nada yang agung dan memiliki tema yang serius. Biasanya ode ditujukan pada orang tua, pahlawan, dan tokoh-tokoh besar.
Romansa
Romansa merupakan puisi cerita yang mengungkapkan luapan perasaan cinta kasih. Pusi romansa ini menimbulkan efek romantis saat dibacakan.
Epigram
Epigram merupakan puisi mengenai ajaran dan tuntunan dalam menjalani hidup. Epigram sendiri memiliki arti unsur pengajaran, nasihat, menuntun ke arah kebenaran yang dijadikan pedoman hidup.
Elegi
Elegi merupakan syair atau nyanyian berupa ratapan dan ungkapan duka cita, terutama pada peristiwa kematian.
Satir
Satir merupakan puisi bergaya bahasa sindiran atau kritik yang disampaikan dalam bentuk sarkasme, ironi, atau parodi.
Distikon
Distikon meripakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari dua baris atau dua seuntai.
Terzina
Terzina merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari tiga baris atau tiga seuntai.
Kuatren
Kuatren merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari empat baris atau empat seuntai.
Kuint
Kuint merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari lima baris atau lima seuntai.
Sekstet
Sekstet merupakan merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari enam baris atau enam seuntai.
Septima
Septima merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari tujuh baris atau tujuh seuntai.
Oktaf atau Stanza
Oktaf atau stanza adalah merupakan puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari delapan baris atau delapan seuntai.
Soneta
Soneta merupakan puisi yang terdiri dari 14 baris yang dibagi menjadi dua bagian. Dua bait pertama dalam soneta memiliki empat baris, sementara dua bait kedua masing-masing memiliki tiga baris. Soneta ini merupakan jenis puisi baru yang paling terkenal karena paling susah dibuat dan membuat para penyair tertantang untuk membuatnya.
Puisi Kontemporer
Sesuai dengan namanya, puisi kontemporer merupakan jenis puisi yang berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan selalu berusaha keluar dari ikatan konvensional penulisan puisi lama maupun baru.
Puisi kontemporer juga biasanya menggunakan kata-kata yang tidak terlalu memperhatikan kesantunan berbahasa, seperti menggunakan kata-kata yang kasar, ejekan, atau lainnya. Dalam puisi kontemporer juga pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, irama, gaya bahasa, dan lain sebagainya dianggap tidak terlalu penting lagi. Puisi kontemporer juga bisa berarti puisi yang ditulis dalam kurun waktu terakhir.
Puisi kontemporer dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Puisi Mbeling
Puisi mbeling merupakan puisi yang tidak mengikuti aturan umum atau ketentuan dalam puisi lama maupun baru. Penyair puisi mbeling biasanya tidak tidak perlu memilih-milih kata lagi karena dasar dari puisi ini adalah bermain-main.
Ciri utama dari puisi mbeling adalah kuatnya unsur kelakar, sehingga penyair memanfaatkan seluruh unsur puisi berupa rima, irama, diksi, bunyi, dan tipografi untuk mengejar efek kelakar tanpa ada maksud tersirat atau disembunyikan.
Puisi mbeling biasanya digunakan untuk menyampaikan kritik sosial terhadap sistem pemerintahan dan sistem perekonomian, serta digunakan sebagai ejekan kepada para penyair yang bersikap terlalu serius atau sungguh-sungguh dalam berpuisi. Oleh karena itulah, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling sebagai puisi yang mengejek puisi.
Puisi Mantra
Puisi mantra merupakan puisi yang mengambil sifat-sifat dari mantra. Penyair Indonesia yang memperkenalkan jenis puisi ini adalah Sutardji Calzoum Bachri. Ciri-ciri puisi mantra ini adalah sebagai berikut:
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri,
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami, melainkan sebagai sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan efek atau akibat tertentu, dan
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran yang terletak pada perintah.
Puisi Konkret
Puisi konkret merupakan puisi yang lebih mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah sehingga menyerupai gambar tertentu dan tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam puisi konkret biasanya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya. Dalam penulisannya, puisi konkret perlu memperhatikan beberapa unsur berikut:
Tipografi, meliputi penyusunan baris-baris puisi berupa kata atau suku kata yang disusun berdasarkan gambar atau pola tertentu.
Unsur bunyi, meliputi penempatan persamaan bunyi atau rima di tempat-tempat tertentu demi menghidupkan kesan yang disatukan dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Enjambemen, meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris puisi yang pekat dan penuh perenungan.
Cara Menyampaikan Puisi
Selain ditulis, puisi juga dibacakan atau disampaikan kepada pendengarnya. Adapun 3 cara yang sering digunakan dalam menyampaikan puisi, yaitu:
Deklamasi Puisi
Deklamasi puisi adalah suatu cara menyampaikan puisi yang menggunakan lisan, tetapi dalam penyampainyya dilakukan dengan penuh perasaan, penjiwaan, dan penghayatan serta ketika membacakannya kamu tidak perlu membawa teks puisi atau bisa dibilang sudah hapal isi puisi tersebut. Selain itu, deklamasi puisi ini juga menggerakkan beberapa anggota tubuh, seperti tangan, kaki, dan sebagainya.
Pertunjukkan Puisi
Cara kedua berupa pertunjukkan puisi dapat diartikan sebagai pembacaan atau penyampaian puisi yang dilakukan pada suatu acara. Pada umumnya, pertunjukkan puisi berupa dramatisasi puisi atau musikalisasi puisi. Dramatisasi puisi merupakan isi teks puisi yang dibuat ke dalam bentuk drama. Sedangkan musikalisasi puisi adalah puisi akan diubah menjadi lagu.
Membacakan Puisi
Membacakan puisi merupakan penyampaian puisi yang dilakukan melalui lisan dan biasanya ketika membacakannya teks puisi akan dibawa ke atas pentas.
Cara Menulis Puisi
Tahap pertama
Membuat kerangka puisi, dimulai dari jenis puisi yang ingin ditulis, kemudian perhatikan unsur puisi. Jika pembaca ingin menulis puisi lama, maka irama, rima sajak harus ditentukan terlebih dahulu agar pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca puisi.
Tahap kedua
Menentukan judul, penentuan judul di awal dapat mempermudah pembaca untuk membatasi ungkapan atau emosi yang ingin disampaikan melalui puisi.
Tahap ketiga
Proses kreatif yang dapat pembaca peroleh melalui membaca referensi serta puisi atau berimajinasi.
Dalam proses membuat puisi, penggunaan diksi tidak perlu terlalu sulit, cukup memulai dengan kata-kata yang familiar, dengan begitu pembaca akan mulai terbiasa untuk membuat ragam puisi lainnya. Selamat berpuisi.
Contoh Puisi Berdasarkan Jenisnya
Setelah mengetahui jenis-jenis puisi, untuk lebih paham maka berikut contoh-contoh puisi yang dapat penulis rangkum.
Mantra
Puisi lama mantra biasanya memiliki kata atau ucapan yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Contohnya adalah salah satu mantra yang dipercaya dapat mengobati sakit perut :
Gelang-gelang si gali-gali
Malukut kepada padi
Air susu kerus asalmu jadi
Aku sapa tidak berbunyi
Sapardi Djoko Damono (2016)
Jampi Dukun Betawi
Bismillahโฆ
Mate jangan seliat-liatnye
Kuping jangan sedenger-dengernye
Lidah jangan sengomo-ngomongnye.
Mulut jangan semakan-makannye.
Muke jangan semerengut-merengutnya.
Bibir jangan sedower-dowernye.
Purut jangan sebuncit-buncitnye.
Jidat jangan selicin-licinnye.
Pale jangan sebotak botaknye.
Tangan jangan sepegang-pegangnye.
Kaki jangan sejalan-jalannye.
Kulit jangan sebuduk-buduknye.
InsyaAllahโฆ Wabarakallahโฆ
Nangis jangan sejadi-jadinye
Marah jangan sengamuk-ngamuknye
Otak jangan selupe-lupenye.
Hati jangan sekosong-kosongnye.
Darah jangan sekotor-kotornye.
Puah! Alhamdulillah
Pantun
Pantun adalah puisi lama yang memiliki sajak abab dan setiap baris berisi delapan sampai 12 suku kata. Berikut salah satu contoh pantun:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Gurindam
Puisi lama gurindam memiliki ciri-ciri yaitu terdapat bait yang terdiri dari dua baris serta bersajak aaaa. Berikut salah satu contoh gurindam:
Contoh 1
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
Apabila anak tak dilatih
Jikalau besar bapaknya letih
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada disangka
Contoh 2
Apabila mata terjaga.
Hilanglah semua dahaga.
Apabila kuping tertutup handuk.
Hilanglah semua kabar buruk.
Apabila mulut terkunci rapat.
Hilanglah semua bentuk maksiat.
Apabila tangan tidak terikat rapat.
Hilanglah semua akal sehat.
Apabila kaki tidak menapak.
Larilah semua orang serempak
Syair
Syair adalah puisi lama yang biasanya berisi nasihat atau cerita, syair bersajak aaaa serta berisi empat baris dalam satu bait. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut:
Ilmu didapat tiada cepat
Mesti sabar hatinya kuat
Semoga tuhan berikan rahmat
Maka jaga hati serta niat
Talibun
Talibun merupakan puisi lama yang termasuk dalam jenis pantun serta terdiri dari bilangan genap pada setiap satu baitnya. Contoh talibun adalah sebagai berikut:
Pergi merantau jauh ke negeri seberang
Janganlah lalai membawa perbekalan berupa makanan
Jika tersesat di perjalanan ingatlah peta yang kau bawa
Serta jangan malu mendatangi orang untuk bertanya
Jika engkau berbuat baik kepada semua orang
Niscaya kebaikan pula yang akan engkau dapatkan
Sudahlah engkau kan dapat pahala
Di dunia pun engkau akan hidup bahagia
Puisi Romansa
Romansa merupakan puisi moderen dan berisikan mengenai kisah cinta atau perasaan penyair tentang cinta, salah satu contoh puisi romansa adalah sebagai berikut:
a. Aku Ingin, oleh Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
b. Pacar Senja, oleh Joko Pinurbo
Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai.
Pantai sudah sepi dan tak ada yang peduli.
Pacar senja sangat pendiam: ia senyum-senyum saja
mendengarkan gurauan senja. Bila senja minta
peluk, setengah saja, pacar senja tersipu-sipu.
โNanti saja kalau sudah gelap. Malu dilihat lanskap.โ
Cinta seperti penyair berdarah dingin
yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.
Tak terasa senyap pun tiba: senja tahu-tahu
melengos ke cakrawala, meninggalkan pacar senja
yang masih megap-megap oleh ciuman senja.
โMengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat
kurapikan lagi waktu? Betapa lekas cium
menjadi bekas. Betapa curangnya rindu.
Awas, akan kupeluk habis kau esok hari.โ
Pantai telah gelap. Ada yang tak bisa lelap.
Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelegak
dalam gemuruh ombak.
c. Cinta Tanpa Tanda, Oleh Sujiwo Tejo
Telah ku tandakan semesta cintaku
kau tandaskan cinta tanpa tanda
Kuhasratkan isyarat sahaja
kau isyaratkan pintaku terlampau
terlampau berprasyarat cintaku
Kau isyaratkan cinta tanpa tanda
Berulang berbulan berwewinduan (kurindu)
Kupejam kutajamkan asah rasa (kubaca tanda)
Mata kubutakan terawangku hanya dengan rasa (kubaca tanda)
Kuping hidung lidah rabaanku pun telah kuenyahkan (kubaca tanda)
Tipu daya panca indrapun telah tuntas kusingkirkan (kubaca tanda)
Kutandai kurasai semesta yang tak kasat mata
Katamu kumasih jadi budak pancaindra yang membuatku terkecoh
Balada
Balada merupakan salah satu jenis puisi moderen yang menggambarkan cerita, puisi balada terdiri dari tiga bait, berikut adalah contoh dari puisi balada.
a. Balada Orang-Orang Tercinta, oleh W.S Rendra
Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan
Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain
Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?
Kita meleleh dan tergerus
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan
Mengapa kita saling menyembunyikan
Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu
membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta
b. Perempuan yang Tergusur, oleh W.S Rendra
Hujan lebat turun di hulu subuh
disertai angin gemuruh
yang menerbangkan mimpi
yang lalu tersangkut di ranting pohon
Aku terjaga dan termangu
menatap rak buku-buku
mendengar hujan menghajar dinding
rumah kayuku.
Tiba-tiba pikiran mengganti mimpi
dan lalu terbayanglah wajahmu,
wahai perempuan yang tergusur!
Tanpa pilihan
ibumu mati ketika kamu bayi
dan kamu tak pernah tahu siapa ayahmu.
Kamu diasuh nenekmu yang miskin di desa.
Umur enam belas kamu dibawa ke kota
oleh sopir taxi yang mengawinimu.
Karena suka berjudi
ia menambah penghasilan sebagai germo.
Ia paksa kamu jadi primadona pelacurnya.
Bila kamu ragu dan murung,
lalu kurang setoran kamu berikan,
ia memukul kamu babak belur.
Tapi kemudian ia mati ditembak tentara
ketika ikut demonstrasi politik
sebagai demonstran bayaran.
Sebagai janda yang pelacur
kamu tinggal di gubuk tepi kali
dibatas kota
Gubernur dan para anggota DPRD
menggolongkanmu sebagai tikus got
yang mengganggu peradaban.
Di dalam hukum positif tempatmu tidak ada.
Jadi kamu digusur.
Di dalam hujan lebat pagi ini
apakah kamu lagi berjalan tanpa tujuan
sambil memeluk kantong plastik
yang berisi sisa hartamu?
Ataukah berteduh di bawah jembatan?
Impian dan usaha
bagai tata rias yang luntur oleh hujan
mengotori wajahmu.
kamu tidak merdeka.
Kamu adalah korban tenung keadaan.
Keadilan terletak di seberang highway yang berbahaya
yang tak mungkin kamu seberangi.
Aku tak tahu cara seketika untuk membelamu.
Tetapi aku memihak kepadamu.
Dengan sajak ini bolehkan aku menyusut keringat dingin
di jidatmu?
O,cendawan peradaban!
O, teka-teki keadilan!
Waktu berjalan satu arah saja.
Tetapi ia bukan garis lurus.
Ia penuh kelokan yang mengejutkan,
gunung dan jurang yang mengecilkan hati,
Setiap kali kamu melewati kelokan yang berbahaya
puncak penderitaan yang menyakitkan hati,
atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah,
selalu kamu dapati kedudukan yang tak berubah,
ialah kedudukan kaum terhina.
Tapi aku kagum pada daya tahanmu,
pada caramu menikmati setiap kesempatan,
pada kemampuanmu berdamai dengan dunia,
pada kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri,
dan caramu merawat selimut dengan hati-hati.
Ternyata di gurun pasir kehidupan yang penuh bencana
semak yang berduri bisa juga berbunga.
Menyaksikan kamu tertawa
karena melihat ada kelucuan di dalam ironi,
diam-diam aku memuja kamu di hati ini.
Epik
Puisi epic merupakan salah satu jenis puisi moderen yang berisi tuntutan atau ajaran hidup serta memiliki cerita kepahlawanan. Berikut adalah contoh-contoh puisi epik oleh beberapa sastrawan Indonesia.
a. Diponegoro, Oleh Chairil Anwar (Februari 1943)
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tidak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda.
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup baru bisa merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
b. Karawang-Bekasi, Oleh Chairil Anwar
Kami yang ingin terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak โMerdekaโ dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu
nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yan tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan
harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Beri kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Keang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi